Selasa, 26 Februari 2013

Budaya Patriarki Dalam Kesetaraan Gender

Patriarki, Masalah Utama Kesetaran Gender
26 Juli 2012
Deputi Pengurus Utamaan Gender Bidang Ekonomi Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak, Niken Kiswandari, mengungkapkan, patriarki menjadi faktor yang paling sulit diatasi untuk meningkatkan kesetaraan gender terhadap perempuan. Selain itu, ada banyak kasus yang menunjukkan masih adanya diskriminasi terhadap permpuan dari segi pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan.

"Jadi kesulitan yang paling utama di negara Indonesia kita adalah sangat kental dengan pola patriarki. Dan merubah mindset itu yang sangat sulit. Apalagi bila dikait-kaitkan dengan urusan agama," ujar Niken, dalam acara pengukuhan Indonesia Women Council (IWC), di Jakarta, Rabu (18/7).

Menurutnya, pertentangan untuk kesetaraan gender bahkan juga datang dari kaum wanita yang tidak mengerti bahwa makna dari kesetaraan bukanlah untuk bersaing dan benar-benar sama.

"Dalam kesetaraan yang kita mau, adalah keadilan bagi laki-laki dan perempuan. Karena kita juga ingin agar ada kesetaraan dalam bidang pendidikan. Dimana saat ini masih terdapat banyak budaya bahwa perempuan adalah perempuan rumahan," ujar Niken.

Kemudian, dari sisi kesehatan, masih tingginya angka kematian ibu dan bayi, yaitu dalam 1 jam, ada 2 orang ibu yang meninggal ketika melahirkan. Dalam bidang ekonomi, ada bias gender, dimana banyak perempuan yang telah menikah, masih dianggap lajang dengan potongan gaji yang besar.

Selain itu, perempuan juga terkait dengan polemik double burden (beban ganda), dimana ia harus mengurusi karier dan keluarga sekaligus. Hal ini menyebabkan terkadang bagi beberapa wanita sulit untuk membuat kariernya lebih maju, misalnya ketika merka akan naik jabatan.

"Karena adanya double burden, perempuan menjadi takut untuk maju. Misalnya ketika mereka ingin mencapai karier lebih tinggi, perempuan terkadang takut untuk mengambil resiko karena harus pulang malam dan meninggalkan keluarga," kata Niken.

Karena itu, Niken menegaskan bahwa peranan keluarga sangat penting untuk mendukung perempuan tersebut untuk kesetaraan gender dan mencapai karier yang lebih tinggi. Bahwa pekerjaan rumah tangga bisa di share dengan bersama-sama, sehingga perempuan itu pun akan semakin termotivasi. [WS]

Sumber : gatra.com, 

Tidak ada komentar:

Hero Herlambang Bratayudha, SH - Rayhan Yusuf Mirshab