Senin, 25 Februari 2013

Gambar Wanita Telanjang di Buku Pelajaran, Diknas Kota Bengkulu Wajib Sensor

iptek.00
BENGKULU – Didapati buku pelajaran IPA untuk murid SD berisikan gambar wanita telanjang di salah satu halamannya, mengundang keprihatinan. Apalagi kejadian demikian bukan kali ini saja. Sebelumnya wali murid SD di Kota Bengkulu pernah dihebohkan oleh LKS yang teksnya berisikan kata-kata berbau pornografi.Kenyataan demikian, DPRD Kota Bengkulu mendesak Dinas Diknas Kota Bengkulu lebih serius menelusuri hal ini, kenapa sampai kembali kecolongan. Ketua Komisi III DPRD Kota Bengkulu, Suimi Fales, SH, MH menyarankan Diknas membentuk tim investigasi.

“Kasus buku pelajaran ataupun LKS porno yang masuk ke sekolah dasar (SD) harus disikapi serius. Fungsi pengawasan di setiap sekolah mestinya perlu diperketat lagi dalam peredaran buku yang masuk disejumlah sekolah. Pasalnya sesuai landasan kurikulum pembelajaran, isi pembelajaran kurikulum dalam buku itu memiliki unsur landasan terdiri dari filosofis, psikologis, sosiologis, edukasi, dan iptek untuk anak didik,” terang Suimi.
Seperti diketahui sebelumnya, Buku pelajaran untuk siswa Sekolah Dasar (SD) bergambar porno atau bergambar wanita telanjang yang semula di temukan di Bengkulu Selatan ternyata juga telah masuk ke SD di Kota Bengkulu. Buku terbitan Lentera Abadi berjudul Ensiklopedia Sains dan Teknologi jilid 5 visual Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), di halaman 441 didapati gambar wanita telanjang.
“Kalau saya setuju buku itu untuk ditarik saja dulu, dan jika buku itu hanya sekadar refrensi para guru dalam mengajar, jangan ditempatkan di perpustakaan sekolah. Dari pada nanti malah menimbulkan polemik dari orangtua siswa,” jelas Politisi PKB ini.
Terpisah, pernyataan cukup keras dilontarkan Ketua PGRI Provinsi Bengkulu Prof. Sudarwan Danim. Dia mendesak penerbit buku tersebut di blacklist.
Sudarwan sangat menyesalkan kembali ditemukannya buku yang mengandung unsur pornografi. Mirisnya, untuk kali kedua dan sama-sama ditemukan di jenjang sekolah dasar. ‘’Penerbit harus diberi sanksi dengan menarik peredaran buku-buku tersebut dan tidak perlu lagi menggunakan buku dari penerbit yang sama,’’ tegasnya.
Menurutnya, hal demikian (buku berisi gambar porno) tidak perlu terjadi, kalau penerbitannya difilter sedemikian rupa. Mulai dari penulis atau editornya, pihak yg mengeluarkan ISBN (International Standard Book Number), hingga pemakainya, termasuk guru-guru.
Lanjut Sudarwan, jika mekanisme kontrol ini berfungsi, kegaduhan itu tidak perlu terjadi. Namun itulah Indonesia, seringkali nilai-nilai edukasi dikalahkan oleh kepentingan bisnis dan tawaran rabat (discount) yang menggiurkan. Namun jika buku itu disediakan untuk kepentingan siswa melalui proyek pengadaan buku, tentu pihak terkait harus ikut dimintai pertanggungjawaban.
“Saya tidak tahu, apakah kegaduhan ini bisa masuk ranah hukum atau hanya akan berada dalam wacana sanksi masyarakat. Bagi saya, selayaknya buku itu ditarik dari perbedaharaan sebagai sanksi kepada penerbit. Sudah sangat sering hal semacam ini terjadi. Jangan-jangan hal ini menjadi cerminan moralitas bangsa,” sesal Sudarwan.
Sudarwan mengungkapkan, buku seperti itu sering ditawarkan secara door to door dan dikemas rapi dengan sistem packing tertentu. Karena ditawarkan demikian dan jumlah halamannya banyak, memang potensi kecolongan sangat besar. Penyimpangan isi biasanya diketahui setelah buku tersebut dibuka lembar per lembar.
Dia menambahkan Indonesia memang sangat bebas untuk produk visual yg berbau pornografi, bahkan mungkin paling liberal di dunia. Hal inilah yg mengundang tindakan wajar dari banyak pihak, termasuk produk visual berbau porno untuk buku bacaan anak-anak.
Walikota Prihatin
Walikota Bengkulu H. Helmi Hasan cukup terkejut dengan pemberitaan ditemukannya buku bergambar wanita telanjang masuk ke sekolah. Dia sangat perihatin atas kenyataan ini. Dirinya meminta Dinas Diknas untuk memperketat pengawasan terhadap sejumlah sekolah.
“Saya turut perihatin, jika itu benar beredar dan sudah ada siswa yang melihat ataupun membacanya. Yang jelas kita minta Dinas Diknas untuk perketat lagi pengawasan buku yang beredar di tiap sekolah. Karena hal itu penting dilakukan, demi terciptanya pendidikan yang berkarakter dan bermoral,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Diknas Kota Bengkulu Drs. Anwar Buadin, M. Pd membantah kalau buku Ensiklopedia Sains dan Teknologi yang ditemukan di SD merupakan buku porno. Melainkan salah satu kelompok buku referensi selain dari kamus (dictionary). Secara umum buku referensi sering lebih dikenal dengan perkataan “Buku Rujukan”.
“Perlu diketahui buku itu hanya dimiliki oleh para guru saja dalam mengajar sebagai bahan refrerensi kepada muridnya. Dan buku itu tidak diedarkan kepada murid, itu beredar untuk guru maupun biasanya bisa ada di perpustakaan,” ungkap Anwar Buadin.
Menurut Anwar, untuk mengawasi beredarnya buku di tiap sekolah tidak perlu ada tim khusus. Ini lantaran Diknas sudah memiliki tim pengawas untuk masing-masing sekolah. “Kalau Ensiklopedia kita tidak bisa menariknya, itu buku refrensi guru dalam mengajar. Ensiklopedia itu juga biasanya ada di perpustakaan umum. Yang jelas kalau buku atau LKS untuk siswa pasti selalu kita pantau dan mengawasinya. Karena buku siswa itu harus sesuai dengan standar badan standar nasional pendidikan (BSNP),” terangnya.
Kemarin RB kembali melakukan penelusuran di beberapa SD di Kota Bengkulu dan di beberapa sekolah di kabupaten untuk mengetahui sudah sejauh mana beredarnya buku berisi gambar porno seperti ditemukan SDN 7 Kota. SD Kota yang didatangi kemarin yakni SD 6,5 dan 3. Ternyata sekolah ini belum memiliki buku itu. Begitu pun beberapa sekolah di kabupaten.
Kepala SDN 6 Kota Bengkulu Elina, S.Pd, mengaku malah mengetahui soal buku itu dari RB. Ia memastikan di sekolahnya tak ada buku demikian. ‘’Di sekolah kami tak ada. Dengan temuan ini saya pastikan sekolah maupun guru tak akan membeli buku berjudul Akhlak Mulia dan Ensiklopedia Sains dan Teknologi jilid 5 itu. Selain karena ada gambar porno, juga lantaran sekolah tidak mempunyai dana untuk membeli buku itu. Apalagi buku itu tidak lah begitu diperlukan,’’ terangnya.
Sumber : Rakyat Bengkulu, 24 Februari 2013 (new/mg9/key).

Tidak ada komentar:

Hero Herlambang Bratayudha, SH - Rayhan Yusuf Mirshab