Selasa, 26 Februari 2013

KEBIASAAN BURUK BERLALU LINTAS MENJADI BUDAYA MASYARAKAT SEKARANG

Perilaku dalam Berlalu Lintas Merupakan Cerminan dari Budaya Masyarakat
25 Juli 2012
Salah satu ciri kota dunia yang banyak diminati wisatawan adalah kota dengan jalan raya yang tertata indah dan penggunanya juga penuh etika. Wisatawan akan senang menjelajahi dan menapaki kota dengan jantung kota yang bisa dinikmati dengan berjalan kaki penuh kenyamanan dan keamanan. Maka tidak salah jika saya menyatakan bahwa Jalan raya merupakan cerminan wajah warga sebuah kota. Jika jalan rayanya penuh dengan pengguna yang tertib berlalu lintas, orang yang datang pun akan memiliki gambaran yang baik akan kota dan warga kota tersebut. Keberadaan jalanan yang tersusun rapi dan pengguna jalan yang tertib berlalu lintas bukan hanya akan menguntungkan seluruh warga dan memperbaiki citra warganya tapi juga akan menarik hati para pengunjung baik dari kota lain bahkan negara lain. 

Namun Bila membahas tentang jalan raya di negeri ini sudah tentu hal yang pertama akan muncul dalam benak kita adalah tentang kemacetan, polusi udara, suara dan kesemrawutannya. Semua pihak pasti akan merestuinya juga bahwa kondisi perlalulintasan di negeri ini khususnya di daerah-daerah kota besar dewasa ini tengah menghadapi segala kompleksitas permasalahannya, seperti masalah kesemrawutan, masalah pelanggaran oleh kenderaan pemakainya, kondisi ketidaktertataannya dan tingkat kesadaran para penggunanya yang masih sangat rendah. 

Sehingga kemacetan dan kecelakaan merupakan dua hal yang kerap terjadi di jalan raya kita. hal ini diakibat ketidak patuh dan tidak tertib para pengguna jalan. Meski telah ada petunjuk (rambu) yang terpasang disisi kiri atau kanan jalan, seolah hanya sebagai hiasan-hiasan kota tanpa memiliki suatu makna yang berarti untuk pengguna jalan. Prilaku buruk itu sangat dominan mempengaruhi semrautnya kondisi lalu lintas. Lantas apa lagi yang mesti dilakukan agar peraturan lalu lintas dipatuhi, kecelakaan dikurangi dan kemacetan dapat dihindari? 

Pertanyaan yang terkesan frustasi, namun dapat membakar semangat untuk terus menggugah kesadaran berlalu lintas dengan sepantasnya sesuai aturan yang ada. Minimnya kesadaran para pengguna jalan raya tersebut harus diakui merupakan faktor terbesar penyumbang segala kesemrawutan itu. Disamping memang harus dijelaskan pula bahwa faktor tentang sarana dan prasarana yang tersedia untuk menunjang realisasinya juga belum cukup memadai. Kecenderungan banyak pihak pengguna jalan raya yang hanya mementingkan kepentingan diri sendiri dapat juga berimbas terhadap disharmonisasi sesama pemakai dan ketidaknyamanan tersebut. 

Di satu sisi memang di jalan raya kita masih banyak yang harus dibenahi terutama jalan dan fasilitasnya, Namun itu kapan, sudah pasti bukan besok, yang pasti untuk mewujudkannya bukan waktu yang singkat karena akan menyangkut anggaran dan kemauan politik dari semua pihak, belum lagi pembagian kewenangan dan penanggung jawab jalan di kaitkan dengan otonomi daerah. 

Nah, apakah kita pasrah menunggu.? Tentu tidak, maka adalah bijak jika setiap kita dari pihak masyarakat mulai diri sendiri untuk tetap tertib dan berlaku sopan santun atau yang belum tertib segera bergegas merubah perilaku dalam menggunakan jalan. Tentu maksud saya bukan saja pengemudi kendaraan bermotor, tidak bermotor, pejalan kaki saja tapi semua elemen masyarakat pengguna jalan termasuk para pedagang kaki lima dan pelaku pasar tradisional. 

Kendaraan banyak, sering pula terkonsentrasi pada tempat tempat tertentu terutama di kota atau jalan menuju kota sehingga berpotensi terjadi kemacetan dan kecelakaan, maka sebagai warga tidak ikut ikutan jadi pencetus kemacetan. Karena keterbatasan petugas bisa saja kita menghadapi kemacetan, yang bisa kita lakukan adalah, berusaha tetap pada aturan, bersabar dan tidak emosi, tidak terprovokasi, adalah perbuatan terpuji dengan memberi kesempatan atau mendahulukan pengguna jalan lainnya. Seandainya itu memang solusinya dan jangan paksakan tetap pada arah tujuan. Tidak salah jika harus beralih demi mencairkan kemacetan, setelah terurai, kembali lagi atau teruskan menuju tempat tujuan melalui jalan lain. 

Untuk itu Kebiasaan buruk para pengguna jalan yang tidak beretika harus segera dihentikan bukan hanya sebatas demi keselamatan bersama, tapi lebih kepada kenyamanan, keindahan dan martabat warga sebuah kota. Jika kita ingin menjadi warga kota yang mendunia, tentu hal yang perlu untuk kita perbaiki adalah etika kita berjalan raya dan jalan raya kita yang berestetika. 

Akhir kata,Perilaku dalam berlalu lintas di jalan raya adalah potret kepribadian diri yang sekaligus menggambarkan budaya bangsa. Seorang Jepang pernah bilang "Tunjukan saya lalu-lintas sebuah negeri, maka saya bisa mengetahui bagaimana keadaan keseluruhan negeri itu!" Kalau lalu-lintasnya tertib, bisa dipastikan baik segala hal di negeri itu. Sebaliknya, kalau amburadul, itu jugalah isi negeri itu. Oleh karena itu prilaku berlalu lintas adalah cerminan dari budaya masyarakat, kalau buruk cara berlalulintas maka buruklah kepribadian seseorang dan secara kolektif keburukan ini menggambarkan buruknya budaya bangsa. Semoga kesadaran tertib berlalu lintas masyarakat di jalan raya sudah mulai tergugah!.*** 

Penulis : Suryono Brandoi Siringo-ringo 
http://www.ham.go.id/modul.php?md=mod_artikel&data=912597&modnews=32&mnow=0
Sumber : Kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Hero Herlambang Bratayudha, SH - Rayhan Yusuf Mirshab